-->


BREAKING NEWS !!!

Lambatnya Proses Penegakan Hukuman Disiplin PNS Di Pemkab Bondowoso

Bondowoso, MITRAJATIM.COM - Belakangan ini banyak dugaan temuan perilaku oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus berpedoman pada ketentuan ya...

Membangun Literasi Dan Membangun Peradaban

Membangun Literasi Dan Membangun Peradaban

Oleh:SumitroHadi,SH. Redaksi:MITRAJATIM.COM Literasi secara praktis adalah kemampuan/skill seseorang dalam membaca, menulis, berdiskusi dan memecahkan persoalan. Namun, bukan hanya itu, literasi menyangkut kemampuan seseorang dalam menganalisis dan mengolah informasi-informasi yang dia dapatkan, baik informasi tersebut didapatnya melalui buku, diskusi, ataupun fenomena-fenomena sehari-hari, untuk kemudian informasi-informasi tersebut diserap ke dalam nalar hingga membentuk suatu cara pandang (world view) yang menentukan bagaimana ia menilai dan menyikapi kehidupannya.

"Kemampuan literasi tidak bisa diperoleh dengan sendirinya, pengembangan literasi didapatkan dari sebuah proses dialektika yang dilakukan seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Dialektika adalah proses dialog antar ide. Dialektika terjadi ketika suatu ide dalam diri seseorang dikomunikasikan dengan ide-ide lain yang berada di luar dirinya, sehingga tercapai ide-ide baru yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti menarik kesimpulan, mengutarakan ide dan pemahaman, menentukan sikap, menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya.

Akan tetapi proses dialektika tidak akan dapat berjalan tanpa adanya “bahan” yang diolah. “Bahan” tersebut adalah ide-ide dan gagasan yang terpatri dalam diri kita,  sedangkan jalan untuk memperolehnya adalah dengan melakukan literasi, salah satunya adalah membaca. Membaca merupakan aspek sentral dalam literasi, karena ide-ide yang terkumpul dalam sebuah buku lebih berbobot dan lebih sistematis ketimbang ketika kita melihat suatu fenomena ataupun berbincang tanpa suatu topik tertentu. Apabila kita sudah memiliki suatu ide, barulah ide tersebut dapat kita jadikan bahan untuk berdiskusi dengan ide-ide lain. Oleh sebab itu membangun literasi menjadi penting, karena literasi menentukan pemahaman dan sikap kita dalam berkehidupan, cara berkehidupan seperti itulah yang disebut dengan world view. Corak pemahaman dan perilaku yang ada pada masyarakat sudah tentu juga dipengaruhi oleh tingkat literasinya, oleh sebab itu meningkatkan minat baca pada masyarakat merupakan satu hal yang sangat penting, mengingat bahwa membaca merupakan aspek sentral dalam literasi, maka menumbuhkan minat baca pada masyarakat dapat berimplikasi pula bada tingkat literasi masyarakat tersebut.

Apabila kita melihat sejarah, maka kita mendapati bahwa tokoh-tokoh besar yang bukan hanya piawai dalam kepemimpinannya namun juga mampu mengguncangkan, menggerakkan dan mengubah dunia, adalah orang-orang yang sangat giat membaca buku, seperti Mahatma Gandhi, Mao Zedong, Hasan Al-Banna, bahkan Gus Dur, yang sejak masih muda sewaktu menjadi seorang santri pun sudah dikenal sebagai seorang penggila buku.

Bukan hanya tokoh-tokoh modern di atas, sejak beratus-ratus abad silam, para ulama terdahulu pada masa keemasan Islam tidak terlepas pula dalam aktifitas membaca dan belajar. Kita ambil satu tokoh seperti Ibnu Rusyd, seorang ulama asal Qordoba, Andalusia yang konon menurut sejumlah riwayat ia tidak pernah melewatkan satu pun malam dalam hidupnya selain untuk membaca dan menulis, kecuali hanya dua malam, pertama, malam ketika ayahnya wafat, dan kedua, malam di hari pernikahannya. Konsistensi Ibnu Rusyd tersebut pada gilirannya mampu menjadikannya seorang Qadhi (hakim) Kerajaan, dan terkenal sebagai seorang filsuf cendekiawan yang namanya menggema, bahkan di dunia Barat hingga hari ini.

Tidak heran mengapa dahulu peradaban Islam jaya di atas peradaban-peradaban yang lain, karena setiap orang, dengan tingkat literasi menengah ke atas, memahami peran dan fungsinya di dunia, baik bagi bangsa dan agama. Islam tidak terlepas dari kegiatan literasi, kata pertama yang turun pada ayat pertama dalam Al-Qur’an mengajarkan “Iqra” yang artinya “bacalah”. Kata “membaca” pada ayat ini bukan hanya membaca tulisan, namun juga membaca realitas/keadaan yang berjalan hari ini. Ayat ini juga merupakan indikasi, bahwa asas utama sebelum dibangunnya sebuah kebangunan besar, mulai dari munculnya islam hingga terciptanya sebuah peradaban agung, pertama-tama yang harus dilakukan adalah iqra’, membaca. Ya, membaca, hingga kita mengenali diri dan kehidupan sosial kita, hingga kita mengetahui keadaan-keaadaan bangsa-bangsa terdahulu, apa yang mereka lakukan dan apa yang terjadi pada mereka, korelasinya dengan kondisi kehidupan kita sekarang, sehingga kemudian kita mengetahui lalu menentukan, peran dan kontribusi apa yang seharusnya kita lakukan dalam menyikapi kehidupan ini. Dan semua itu dimulai dari membaca., (Sh.Red)

0 Response to "Membangun Literasi Dan Membangun Peradaban "

Posting Komentar

Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel