Situbondo, MITRAJATIM.COM - Suasana Alun-Alun Situbondo memanas, saat ratusan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan insan pers menggelar aksi demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut klarifikasi langsung dari Bupati Situbondo, Rio Prayogo, atas pernyataannya yang viral di media sosial TikTok." pada Kamis pagi (31/7/2025).
Dalam video yang beredar luas, Bupati Rio menyebut bahwa LSM dan Pers hanya bisa main HP, menulis berita, sedikit-sedikit lapor, bikin ramai, dan bahkan menerima jatah preman. Ucapan itu langsung menuai reaksi keras karena dianggap menghina profesi jurnalis dan aktivis sebagai fungsi kontrol sosial.
"Kami datang bukan untuk membuat gaduh, tapi untuk meluruskan fitnah terbuka yang mencederai integritas LSM dan Pers Situbondo!" teriak Dwi Atmaka, S.Pd (Aka Arjuna), koordinator aksi.
Gelombang kekecewaan semakin membuncah saat tuduhan "terima jatah preman" dilontarkan dalam pernyataan tersebut. Para orator menyebut tudingan itu sebagai fitnah brutal yang menghantam kehormatan para penggiat transparansi dan wartawan.
"Kalau memang ada buktinya, silakan dibuka ke publik. Tapi jika hanya bicara tanpa dasar, itu adalah pencemaran nama baik," tegas Hartadi, Ketua LSM Perjuangan Rakyat.
Seorang aktivis senior Eko Febrianto juga ikut angkat bicara, menyesalkan narasi yang dilontarkan sang kepala daerah.
"Kami bekerja di bawah etika jurnalistik, bukan mencari sensasi. Kami bukan musuh pemerintah, tapi penjaga kebenaran!" tegas Eko Febrianto Siti Jenar.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Bupati Rio Prayogo akhirnya hadir di tengah kerumunan massa. Ia menyampaikan klarifikasi bahwa pernyataannya bukan ditujukan kepada seluruh LSM dan pers, melainkan kepada "oknum-oknum tertentu" yang dinilai tidak bertanggung jawab.
Namun, klarifikasi itu dinilai belum cukup. Tidak ada permintaan maaf resmi, baik secara lisan maupun tertulis, dari Bupati. Meski begitu, bahasa tubuh sang Bupati yang merunduk dan bersedia menemui massa dianggap sebagian pihak sebagai bentuk pengakuan kesalahan secara tidak langsung.
"Kalau memang itu hanya untuk oknum, kenapa disampaikan di ruang publik tanpa batasan? Efeknya melukai seluruh elemen yang selama ini justru mengawal pembangunan Situbondo," ujar fajar LSM Penjara salah satu orator.
Sayangnya, aksi damai ini tidak sepenuhnya berjalan mulus. Seorang oknum wartawan dari media Radar Situbondo menjadi korban tindakan represif. Diduga onselnya dirampas dan diseret oleh oknum tidak dikenal saat sedang mendokumentasikan aksi.
Insiden ini langsung memicu kemarahan di kalangan jurnalis lain yang menuntut pengusutan tuntas terhadap pelaku kekerasan terhadap pers.
Aksi ditutup dengan seruan untuk menghentikan narasi saling tuding antara pemerintah dan lembaga kontrol sosial, para orator menyerukan pentingnya sinergi dan keterbukaan antar semua pihak.
"Kami siap menjadi mitra kritis yang membangun, "bukan musuh, bukan pengganggu" Tapi kami juga tidak akan diam jika dihina atau dilecehkan," pungkas Wahyudi koordinator aksi.
Di akhir pernyataannya, Bupati Rio Prayogo menegaskan bahwa LSM dan media adalah mitra strategis pemerintah, bukan musuh, sebagai penutup dari polemik yang sempat mengusik kepercayaan publik.
Pewarta: Husin M Ali Albalghoist
Publiser : MITRAJATIM.COM
Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!