Part 2: Kisah Nyata Keluh dan Kesedihan Seorang Kakak

PIMRED
Publiser ~
0
Part 2 
MITRAJATIM.COM - Sudah satu bulan lamanya bulir bulir kesedihan seorang kakak masih juga melekat erat direlung hati yang paling dalam, hari demi hari dilalui menjadi bilangan bulan, namun kesedihan tak juga mau berlalu.

Walau demikian sang kakak tak mau menghakimi adik adiknya bersalah, mungkin ini ujian berat sebagai pengganti orang tua' salah dan kilaf menjadi petunjuk untuk menjadi asa dan kedewasaan, "gumanya dalam hati".

Peristiwa itu sudah menapak satu bulan telah berlalu, sang kakak terus berfikir dan tetap memanjatkan doa pada yang kuasa dengan harapan adik adiknya bisa menyadari semua tindakanya.

" Betapa tersentaknya, sang kakak mendapat kabar bahwasanya si adik yang paling ragil menggelar pesta (resepsi) menikahkan putri pertamanya, walau si kakak diberi tau oleh saudara lainya, namun si adik yang paling buncet sama sekali tidak memberi kabar apapun pada si kakak kandungnya.

Sampai sebegitunya tindakan konyol yang tak patut pada kakak kandungnya? padahal tidak ada persoalan dan tidak ada masalah, justru pengorbanan serta pembelaan si kakak pada adiknya begitu Tulus dan Ihklas.
Walau tidak dianggap, Si kakak dengan tulus tetap mendoakan yang terbaik untuk adik adiknya, Saat hari (H) saat hajatan tiba (resepsi) si kakak tak mampu membendung kesedianya, air matanya terus menetes membasai pipi, ia terus panjatkan doa serta bermunajat didalam kamar dari kota nan jauh, dengan ucapan doa terbata bata sembari menengadakan tangan, memohon dan bermunajat ke Haribaan Tuhan, Semoga semuanya berjalan baik dan lancar.

"Kepedihan si kakak semakin menjadi, seakan menggrogoti relung hatinya, apakah adiknya sengaja memutus ikatan persaudaraan dan silaturohmi? Air matanya terus mengalir tak henti menetes deras dipipi.

Si kakak menyadari, ia hidup di perantauan yang tak punya apa apa dan tidak punya siapa siapa, ia hidup mandiri, namun si kakak tetap berupaya untuk tegar dan berjuang untuk hidup demi mengarungi kehidupan untuk membesarkan putra putrinya, walau menderita ia tak pernah berkeluh kesah pada saudaranya, ia tak ingin saudaranya tau minusnya ekonomi karena si kakak menanggung biya hidup serta pendidikan anak anaknya.

"Jeritan hati seorang kakak, sama halnya dengan jeritan hati orang tua, namun kebesaran hati dan jiwanya tetap tegar, terus berdoa untuk semua keluarga besarnya, "Ya Allah Ya Tuhanku, Sadarkalah mereka, berilah keberkahan, keselamatan dan kesehatan, "gumamnya dalam doa"...Bersambung....." 

Posting Komentar

0Komentar

Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!

Posting Komentar (0)